Museum Geologi: Melacak Jejak Sejarah Kehidupan
Sejarah Kehidupan Museum Geologi
Museum Geologi adalah tempat yang menarik untuk mempelajari sejarah kehidupan di Bumi, terutama melalui pengeksplorasiannya terhadap fosil-fosil dan batuan-batuan yang mencerminkan evolusi kehidupan dan perubahan lingkungan selama jutaan tahun.
Berikut ini adalah gambaran umum tentang sejarah kehidupan yang dapat Anda temui di dalam Museum Geologi :
1. Gajah Blora
Gajah Blora merupakan temuan yang spektakuler, sekitar 85% foil dari satu individu gajah in secara utuh ditemukan oleh tim ahli dari museum geologi yang dipimpin oleh Iwan Kurniawan dengan anggota Fachroel Aziz, Sidarto, Erick Setyabudi, dan Dadang, dalam suatu survei di tepian Bengawan Solo purba, Dusun Sunggun, Desa Mendalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009.
Ekskavasi dilakukan pada November 2009 oleh tim yang bekerja sama dengan tim dari Dinas Pariwisata Kabupaten Blora dan Wollongong University (Gert Van den Bergh dan Mike Morwood). Proses ekskavasi, preparasi, rekonstruksi, hingga peragaan fosil tersebut memakan waktu sekitar empat tahun. Gajan yang berjenis kelamin jantan dan memiliki tinggi sekitar empat meter, panjangnya lima meter, dan berat 6-8 ton ini hidup sekitar 165.000 tahun yang lalu, dan mati pada umur 49 tahun. Nama ilmiahnya adalah Elephas hysudrindicus, dan dianggap sebagai leluhur gajah Asia.
2. Tyrannosaurus rex
Tyrannosaurus rex atau T-rex yang terdapat di ruang sejarah kehidupan, merupakan icon favorit pengunjung untuk berfoto. Dengan memiliki tinggi 6,5 meter, panjang 14 meter, dan berat mencapai 8 ton, yaitu dinosaurus pemakan daging terbesar da terbuas yang paling terkenal pada zamannya. Fosil yang menjadi salah satu koleksi unggulan ini adalah "replika" karena lokasi habibatnya tersebar di kawasan Amerika Utara dan sekitarnya, dan pada sat itu Indonesia belum terangkat meniadi sebuah daratan.
T-rex ini berumur Kapur yang berkisar 145-65 juta tahun yang lalu. Enam puluh lima juta tahun yang lalu, masa-masa buruk telah menimpa hampir semua kawanan dinosaurus. Mereka telah punah, termasuk si T-Rex predator raksasa. Bukti fosil dari jenis yang kecil seperti Nyasasaurus yang hanya sebesar anjing dari Tanzania, hingga yang besar seperti Supersaurus dari Amerika, menunjukkan bahwa reptil raksasa ini adalah fauna penguasa bumi yang beragam dan tak akan habis misterinya untuk diungkap.
3. Batuan Koral
Terumbu karang dan batugamping yang terangkat menjadi daratan akan mengalami pelapukan dan erosi kikis yang disebut sebagai proses karstifikasi. Di bagian permukaan, proses tersebut menghasilkan berbagai bentukan yang disebut sebagai eksokars.
Melalui rekahan yang ada, air melarutkan tubuh batuan tersebut menghasilkan berbagai bentuk rongga-rongga serta mengendapkan larutannya menghasilkan berbagai bentuk ornamen yang disebut sebagai endokars. Kawasan kars mempunyai karakteristik tersendiri, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi curah hujan dan iklim, jenis dam sifat batugamping, struktur geologi, lamanya waktu proses berlangsung, porositas batuan atau kemampuan batuan menerap air, kerapatan vegetasi penutup dan tebal tipisnya lapisan tanah. Di Indonesia banyak fenomena kars yang terbentuk akibat fakto-faktor tersebut. Beberapa contoh kawasan kars di Indonesia adalah kawasan Maros-Pangkep, Rajamandala, Gunung Sewu, Kars Gombong, dan lain-lain.
4. Batubara
Batubara berwarna coklat gelap hingga hitam, mengkilap, keras, kompak, dan terasa ringan dibandingkan batuan sedimen lainnya.
Batubara terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan derajat pembentukan dan kandungan kalorinya, diawali dari gambut, lignit, bituminus, dan paling tinggi adalah antrasit. Kandungan karbon paling tinggi ada pada antrasit (93-98%). Batubara merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari pengenda-pan material sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami tekanan dan pemanasan. Batuan ini biasanya terbentuk di lingkungan rawa dan danau. Batubara dimanfaatkan terutama sebagai sumber energi foil untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), industri baja, industri karet sintetis, pewarnaan, serta berbagai pemanfaatan lainnya.
5. Celebochoerus Heekereni
Kumpulan fosil babi ini dikirim ke Museum Sejarah Alam, Leiden. Berdasarkan potongan taring atas (upper canine), maka diketahui bahwa hewan ini dinamakan sebagai Celebochoerus heekereni yang merupakan sejenis babi besar atau giant pig. Celebochoerus heekereni merupakan fosil fauna paling dominan (mencapai lebih dari 85% dari total fosil fauna yang dikumpulkan)yang ditemukan di Lembah Wallanae, meliputi hampir seluruh elemen tulang-belulang yang terdiri dari tengkorak, berbagai elemen gigi-geligi (dentation elements) dan kerangka lainnya.
Hal ini sangat memungkinkan untuk merekontruksi kerangka lengkapnya. Tengkorak Celebochoerus heekereni sangat berbeda dengan tengkorak famili babi (suidae) pada umumnya, yang menunjukan moncong lebih pendek dan cranial yang lebih tegak serta lobang tabung taring atas (alviolus tube of upper canine) besar dan menonjol. Celebochoerus hekeereni memiliki 2 buah gigi seri (I 1 – I 2) dimana ( I 1) lebih kecil dari (I 2). Mahkota (crown) rendah (less hypsodonty) dan menunjukan bentuk pola indistinct cutting edge sangat berbeda dengan umumnya keluaga babi (suidae) yang berpola jelas untuk memotong (a distinct cutting blade).
6. Ametis
Ametis merupakan salah satu varian mineral kuarsa yang berwarna ungu. Komposisi mineral ini adalah Si02, memiliki tingkat kekerasan 7, sistem kristal heksagonal dan tidak memiliki belahan.
Mineral ini bisa terbentuk dari kristalisasi magma di batuan beku plutonik dan hipabisal, batuan volkanik, serta dari pegmatit-pneumatolitik hingga larutan hidrotermal bertemperatur rendah dalam bentuk vein. Warna ungunya berasal unsur pengotor besi, dan akan berubah menjadi putih ketika dipanaskan pada 300 Celcius dan kuning pada 500 Celcius, dan akan kembali meniadi ungu ketika ditembak oleh sinar X atau dibombardir dengan partikel alfa. Karena bentuk dan warnanya yang indah, serta kekerasannya yang cukup tinggi, ametis sering dimanfaatkan sebagai batumulia.
7. Kerang Raksasa
Tridacna gigas Linnaeus merupakan fosil yang hidup diantara terumbu karang pada lingkungan laut dangkal (neritik), dimana sinar matahari masih bisa masuk sampai dasar laut. Diperkirakan fosil ini berumur Oligosen akhir - Miosen awal pada formasi Rajamandala di Padalarang.
Perkembangan Kehidupan di Bumi
Museum Geologi Bandung adalah salah satu tempat yang menarik
untuk memahami perkembangan kehidupan di Bumi. Museum ini memiliki koleksi yang
beragam dari fosil-fosil dan batuan yang mencerminkan sejarah panjang evolusi
kehidupan di planet kita. Berikut adalah beberapa informasi yang mungkin Anda
temukan terkait dengan perkembangan kehidupan di Museum Geologi Bandung:
Fosil: Museum Geologi Bandung memiliki koleksi fosil yang berasal
dari berbagai periode geologi. Fosil-fosil ini mencakup fosil-fosil hewan laut,
tumbuhan, dan organisme lain yang pernah menghuni Bumi ribuan hingga jutaan
tahun yang lalu. Anda dapat melihat fosil-fosil dari trilobit, ammonit, hingga
fosil mamalia prasejarah.
Pameran Interaktif: Museum Geologi Bandung sering memiliki
pameran interaktif yang membantu pengunjung memahami perkembangan kehidupan di
Bumi. Pameran tersebut mungkin mencakup replika dari makhluk purba, diagram
evolusi, dan alat-alat interaktif yang menjelaskan konsep-konsep geologi dan
biologi evolusi.
Sejarah Evolusi: Museum ini akan memberikan gambaran
sejarah panjang evolusi kehidupan di Bumi, mulai dari zaman purba hingga saat
ini. Anda akan melihat bagaimana kehidupan berkembang dari organisme sederhana
menjadi beragam bentuk dan spesies yang ada saat ini.
Konteks Geologi: Selain mengeksplorasi sejarah kehidupan,
Museum Geologi Bandung juga akan membantu Anda memahami bagaimana faktor-faktor
geologi, seperti perubahan iklim dan pergeseran lempeng benua, memengaruhi
evolusi kehidupan.
Edukasi Ilmiah: Museum ini berperan sebagai pusat edukasi
ilmiah, dengan informasi yang dapat membantu para peneliti, siswa, dan
pengunjung lainnya untuk memahami prinsip-prinsip ilmiah yang mendasari
perkembangan kehidupan di Bumi.
Dengan mengunjungi Museum Geologi Bandung,
Anda dapat menjelajahi sejarah kehidupan di Bumi dari sudut pandang geologi dan
biologi. Ini adalah tempat yang mengagumkan untuk mendalami pengetahuan tentang
bagaimana kehidupan telah berkembang selama miliaran tahun di planet kita.
1.
Proses
Terbentuknya Litosfer
Litosfer adalah salah satu lapisan kerak Bumi yang terdiri dari kerak
benua dan kerak samudera. Ini adalah lapisan padat terluar Bumi yang kita
tinggali dan merupakan bagian dari model lapisan Bumi yang dikenal sebagai
"Teori Lapisan Bumi" atau "Teori Tektonik Lempeng."
Litosfer terdiri dari kerak bumi dan bagian
atas mantel bumi. Ini adalah lapisan yang relatif dingin dan kaku dibandingkan
dengan lapisan di bawahnya, seperti astenosfer yang berada di bawahnya.
Astenosfer lebih lembut dan plastis, yang memungkinkan lempeng litosfer
bergerak di atasnya.
Salah satu konsep utama dalam geologi
adalah pergerakan lempeng tektonik, yang terjadi karena lempeng litosfer
bergerak di atas astenosfer yang lebih lembut. Pergerakan lempeng ini
menciptakan sejumlah fenomena geologis seperti gempa bumi, gunung berapi, dan
pembentukan pegunungan. Oleh karena itu, litosfer adalah salah satu komponen
kunci dalam pemahaman geologi dan geodinamika Bumi.
2.
Proses
Terbentuknya Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan gas-gas yang mengelilingi planet Bumi atau
planet lainnya. Atmosfer Bumi terdiri dari campuran berbagai jenis gas seperti
nitrogen, oksigen, argon, karbon dioksida, dan gas-gas lainnya. Ini adalah
lapisan yang melindungi Bumi dan memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal
untuk ada di planet ini.
Atmosfer Bumi memiliki beberapa fungsi
penting, termasuk:
Pertahanan Terhadap Radiasi Matahari:
Atmosfer menyerap sebagian besar radiasi matahari berbahaya, seperti sinar
ultraviolet (UV) dan sinar X. Ini membantu melindungi kehidupan di Bumi dari
paparan radiasi yang merusak.
Regulasi Suhu: Atmosfer mengatur suhu Bumi
dengan menjaga sebagian panas matahari di dalamnya, yang menghasilkan efek
rumah kaca. Tanpa atmosfer, suhu Bumi akan menjadi sangat ekstrim antara siang
dan malam.
Penyediaan Oksigen: Oksigen yang kita hirup
terutama berasal dari atmosfer. Tanaman dan alga melakukan fotosintesis,
menghasilkan oksigen sebagai hasil sampingan, yang merupakan sumber utama
oksigen di atmosfer.
Menyebarkan Suara: Atmosfer memungkinkan
perambatan suara, yang memungkinkan kita mendengar suara dan berkomunikasi satu
sama lain.
Memberikan Keadaan Cuaca: Atmosfer juga
adalah tempat di mana cuaca terbentuk. Proses-proses seperti konveksi,
kondensasi, dan presipitasi berperan dalam pembentukan cuaca.
Perlindungan dari Meteoroid: Atmosfer
bertindak sebagai perisai pelindung. Saat meteoroid atau puing luar angkasa
memasuki atmosfer, kebanyakan dari mereka terbakar atau hancur sebelum mencapai
permukaan Bumi.
Atmosfer Bumi terdiri dari beberapa lapisan
yang berbeda, seperti troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer,
masing-masing dengan karakteristik unik. Atmosfer juga berperan dalam
menyediakan tekanan atmosfer dan memungkinkan penerbangan pesawat dan
helikopter.
Perbedaan komposisi dan karakteristik
atmosfer juga terdapat di planet lain dalam Tata Surya dan benda langit di
luarnya. Atmosfer adalah komponen penting dalam pemahaman iklim, cuaca, dan
kondisi lingkungan di Bumi dan dalam eksplorasi ruang angkasa.
3.
Proses
Terbentuknya Hidrosfer
Hidrosfer adalah salah satu dari tiga lapisan utama di Bumi, selain
litosfer (kerak bumi) dan atmosfer (lapisan gas di sekitar planet). Hidrosfer
merujuk pada semua air yang ada di atau di atas permukaan Bumi, termasuk air di
lautan, sungai, danau, waduk, air tanah, dan es yang ada di kutub dan
pegunungan.
Hidrosfer sangat penting dalam menjaga
kehidupan di Bumi dan berperan dalam berbagai siklus dan proses alam, termasuk:
Siklus Air: Hidrosfer terlibat dalam siklus
air, di mana air menguap dari permukaan danau dan laut, membentuk awan, dan
kemudian turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan, salju, atau hujan es. Siklus
ini mendistribusikan air di seluruh planet dan memberikan air tawar yang kita
butuhkan.
Sumber Daya Air Tawar: Air yang terdapat di
sungai, danau, dan air tanah adalah sumber air tawar penting bagi kehidupan
manusia, pertanian, dan industri.
Lingkungan Aquatik: Hidrosfer adalah rumah
bagi berbagai bentuk kehidupan air, termasuk ikan, plankton, tanaman air, dan
hewan air lainnya. Ekosistem perairan ini memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem di Bumi.
Kendaraan Transportasi: Hidrosfer juga
digunakan sebagai jalur transportasi, seperti kapal laut dan kapal sungai, yang
membantu dalam perdagangan dan transportasi.
Energi Hidroelektrik: Potensi energi
hidroelektrik digunakan untuk menghasilkan listrik di banyak tempat di seluruh
dunia, dengan memanfaatkan aliran air untuk menggerakkan generator listrik.
Hidrosfer juga terkait erat dengan lingkungan geologi dan iklim Bumi. Perubahan dalam hidrosfer dapat mempengaruhi pola cuaca, kualitas air, dan perubahan iklim. Oleh karena itu, pemahaman dan pelestarian hidrosfer sangat penting dalam menjaga ekosistem Bumi dan mendukung kehidupan di planet kita.
Sejarah Terbentuknya Danau Bandung
Sejarah Kehidupan - munculnya kehidupan awal berupa mikro-organisme sejenis ganggang dan bakteri sekitar 3,5 milyar tahun yang lalu yang diwakili oleh fosil tertua, yaitu Stromatolit.
Kemudian ditampilkan pula perkembangan kehidupan dari zaman ke zaman, mulai dari kehidupan di dalam air hingga migrasi ke darat, mulai dari organisme bersel satu hingga organisme bersel banyak, mulai dari hewan invertebrata hingga vertebrata, mulai dari tumbuhan paku hingga tumbuhan berbunga. Ruangan ini juga menginformasikan tentang sejarah geologi Bandung yang mengisahkan terbentuknya Danau Bandung Purba serta memajang berbagai replika fosil manusia purba.
Komentar
Posting Komentar